blue buterrfly

Sabtu, 24 November 2012

Baking


       I.             I.   PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Pemanggangan (Baking) merupakan unit operasi yang menggunakan udara panas sebagai medianya. Pemanggangan ini berfungsi mengubah mutu pangan. Pemanggangan umumnya di aplikasikan untuk produk makanan berbahan dasar tepung. Produk pemanggangan antara lain cookies, cake, biskuit, pie, pastry, bread, dsb.
Pemanggangan memiliki waktu yang relatif singkat dibanding proses pengolahan bahan pangan lainnya. Pemanggangan dapat mengubah ciri fisik, kimia dan sensorik dari bahan olahan pangan. Seperti warna, tekstur dan aroma.

B.       Tujuan
Mengamati perubahan yang terjadi pada produk hasil pemangggangan.
  
      II.   TINJAUAN PUSTAKA
Pemanggangan merupakan salah satu proses pengolahan pangan yang menggunakan media panas dalam upaya pemasakan dan pengeringan bahan pangan. Pemanggangan juga memberikan efek pengawetan karena terjadi inaktivasi mikroba dan enzim serta penurunan Aw (aktivitas air). Selain itu pemanggangan dapat menyebabkan perubahan pada sifat sensorik bahan (testur, warna, aroma), mengubah mutu pangan dan memperbaiki palatabillity. (Sugiyono, 2012)
Pemangganan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Proses pemanggangan langsung menggunakan media panas yang bersinggungan langsung dengan bahan, sementara pemanggangan tidak langsung menggunakan alat pemanas yang akan memanaskan udara baru kemudian udara panas tersebut yang masuk ke dalam bahan pangan. (Sugiyono, 2012)
Salah satu alat yang dapat digunakan dalam pemanggangan antara lain yaitu oven. Transfer panas yang terjadi selama pemanggangan meliputi radiasi dari dinding oven, konveksi melalui sirkulasi udara dan konduksi melalui nampan ke makanan (Anita Tull, 1987). Menurut Tucker, Gary S tahun 2008 proses pemanggangan sering dikombinasikan dengan bentuk pemanasan lain contohnya inframerah untuk membentuk karakteristik makanan panggang yaitu pembentukan crust (renyah) pada permukaan atau keseluruhan produk.
Frekuensi radio oven dalam pemanggangan makasimal 300oC namun suhu standar yang biasanya digunakan yaitu 200 oC dan dalam waktu yang singkat. Pemanasan yang cepat mencegah pati dari kerusakan yang berlebihan dan mengembangkan CO2 yang cukup dan menghasilkan tekstur renyah pada produk. (Tucker, Gary S. 2008)
Menurut John Wiley and Sons tahun 1997, Pemanggangan umumnya di aplikasikan untuk produk makanan berbahan dasar tepung. Produk pemanggangan antara lain cookies, cake, biskuit, pie, pastry, bread, dan produk industri lainnya.
Bahan yang digunakan pada pembuatan cake dan cookies antara lain: terigu, margarin, telur, gula halus, susu skim, baking powder, ovalet.
a.                   Tepung
Menurut John Wiley and Sons tahun 1997, tepung yang halus sangat baik dalam pembuatan cake karena partikel yang relative kecil dari gluten protein. Ketika pemanggangan gluten akan menggumpal (koagulat). Tepung yang halus akan membantu tekstur cake yang lembut.

b.                   Telur
Menurut Desrosier (1988) beberapa jenis telur digunakan dalam produksi kue , biskuit dan sejenisnya. Telur utuh mengandung 8-11% albumen (putih telur) dan 27-32% kuning telur. Albumen berfungsi sebagai agensia pengeras, sedangkan kuning telur sebagai agensia pengempuk.  
c.                   Baking Powder
Menurut Winarno (1984) bahan pengembang adalah bahan yang mampu menghailkan gas karbondioksida (CO2) sehingga dapat mengembangkan adonan hingga mencapai ukuran yang semestinya selama proses pemanggangan. Bahan pengembang yang banyak digunakan dalam pembuatan biskuit adalah tepung soda kue (NaHCO3). Penggunaan yang luas dari sodium bikarbonat sebagai bahan pengembang didasarkan pada harga yang murah, tidak beracun, mudah penggunannya, relatif tidak terasa dalam produk akhir dan memiliki kemurnian tinggi.
d.                  Susu Skim
Susu skim adalah susu yang diuapkan sebagian airnya jadi lebih pekat dari pada susu segar biasa. Susu skim kandungan lemaknya dari susu dapat diskim off, sehingga mengurangi nilai enegry susu. Susu skim tersedia dalam karton atau botol atau, dalam bentuk kering, dan digunakan dalam rendah lemak atau diet mengurangi energi. (Anita Tull, 1987)
e.                   Mentega
Menurut Anita Tull (1987) mentega memberikan warna dan tekstur yang baik dalam campuran adonan.

 III.            METODE PRAKTIKUM
A.       Bahan dan Alat
1.    Bahan
·      Cookies
a.    Tepung terigu 125 g
b.    Mentega (margarin)
c.    Gula halus 100 g
d.   Kuning telur 1 butir
e.    Susu skim 10 g
f.     Baking powder 1 g
·      Cake
a.    Tepung Terigu 200 g
b.    Mentega (margarin)
c.    Gula halus 175 g
d.   Kuning dan putih telur
e.    Ovalet 1 sdt

2.    Alat-alat

·      Cookies
a.    Baskom
b.    Mixer
c.    Cetakan kue
d.   Oven
e.    Timbangan
f.     Loyang
·      Cake
a.    Baskom
b.    Mixer
c.    Loyang kue
d.   Oven
e.    Timbangan

B.       Prosedur
·           Cookies
·           Cake
  
 IV.            HASIL DAN PEMBAHASAN
A.       Hasil
·      Cookies

No
Parameter
A
B
100 g Margarin
50 g Margarin
1
Tekstur
Sebelum
Lembek
Padat
Sesudah
Crust, mengembang kesamping
Crust, agak keras
2
Warna
Sebelum
Kuning
Kuning
Sesudah
Coklat Keemasan
Coklat Keemasan
3
Aroma
Sebelum
Wangi khas adonan
Tidak Beraroma
Sesudah
Wangi khas cookies
Beraroma
4
Diameter
Sebelum
3,5 cm
3,5
Sesudah
4,7 cm
4,6 cm
5
Tinggi
Sebelum
1 cm
0,3 cm
Sesudah
0,6 cm
0,6
6
Mulai tercium aroma
17 menit
22 menit
7
Mulai berubah warna
12 menit
20 menit
8
Kematangan
24 menit
24 menit

·      Cake

No
Parameter
Telur 4
Telur 3
Telur 4
Telur 3
Margarin 150 g
Margarin 100g
1
Tekstur
Sebelum
-
Cair, kental
Cair, kental
Cair, kental, lembek
Sesudah
Luar : agak crust
Dalam : lembut
Padat, empuk, Luar : Crust
Dalam : Lembut
Padat dan lembut
Padat, rata
2
Warna
Sebelum
-
Kuning pucat
Putih
Putih kekuningan
Sesudah
Coklat agak gelap
Coklat keemas-an
Coklat muda
Coklat muda
3
Aroma
Sebelum
Tidak beraroma
Tdk beraroma
Tidak beraroma
Tdk beraroma
Sesudah
Beraro-ma
Beraro-ma
Beraro-ma
Beraro-ma
4
Tinggi
Sebelum
0,9 cm
1,9 cm
1,6 cm
1,7
Sesudah
2,4 cm
3,6 cm
4 cm
4 cm
5
Waktu mulai aroma
14 menit
33 menit
19 menit
10 menit
6
Waktu mulai mengembang
13 menit
22 menit
13 menit
7 menit
7
Waktu mulai matang
23 menit
36 menit
25 menit
-
8
Waktu mulai berubah warna
20 menit
-
14 menit
20 menit
9
Struktur / porositas
-
-
Berluba-ng kecil, besar, tidak merata
Berpori

B.       Pembahasan
Pemanggangan adalah suatu bentuk pemanasan yang dilakukan dalam oven, dan asal usul proses ini sama tuanya dengan sejarah yang direkam (Desrosier, 1988). Pemanasan sebagai media memberikan efek atau upaya pemasakkan dan pengeringan suatu produk olahan pangan. Pemanggangan bertujuan mengubah eating quality, memperbaiki palatability, mengubah sifat sensorik serta memberikan efek pengawetan terhadap makanan melalui penurunan aktivitas air, destruksi terhadap mikroba maupun inaktivasi enzim.
Pada praktikum ini pemanas yang digunakan dalam pengolahan produk pangan ini yaitu oven. Transfer panas yang terjadi selama pemanggangan melalui radiasi dari dinding oven, konveksi melalui sirkulasi udara dan konduksi melalui nampan makanan. Nampan yang digunakan dalam pemanggangan berasal dari metal karena menurut Anita Tull (1987) bahan metal berbahan yang kuat dan permanen serta tidak akan mengalami peleburan atau pelumeran disaat pemanggangan dengan suhu diatas 150ºC. Sedangkan suhu yang akan digunakan pada praktikum ini yaitu ±170ºC.
Menurut John Wiley and Sons tahun 1997, Pemanggangan umumnya di aplikasikan untuk produk makanan berbahan dasar tepung. Produk pemanggangan antara lain cookies, cake, biskuit, pie, pastry, bread, dan produk industri lainnya. Namun Pada praktikum kali ini pengamatan yang dilakukan menggunakan produk olahan cookies dan cake.
Cookies dan cake merupakan produk pangan olahan hasil pemanggangan yang dibuat dengan bahan dasar tepung terigu. Pada tepung terigu terdapat protein yang terkandung didalamnya. Menurut Desrosier (1988) protein tepung gandum atau tepung terigu memiliki sifat yang unik. Apabila tepung gandum dicampurkan dengan air dalam pembanding tertentu, maka protein akan membentuk suatu massa atau adonan koloidal yang plastis yang dapat menahan gas dan akan membentuk suatu struktur spons  bila dipanggang.
Pada semua sample cookies dan cake hasil panggangan terjadinya penambahan tinggi. Hal itu dipengaruhi oleh penggunaan tepung terigu yang menahan gas di dalam adonan yang membuat hasil pemanggangan terjadi perubahan ukuran atau terjadi pengembangan. Selain terjadinya pengembangan terdapatnya struktur porositas cake yang berpori atau berlubang, hal itu juga terjadi akibat tertahannya gas didalam adonan yang membentuk struktur spons pada cake.
Gas diperlukan untuk pengembangan adonan selama pemanggangan yang sudah tentu juga dapat dapat berasal dari sumber lain, seperti misalnya agensia peragi kimia yang ditambahkan, dari uap yang timbul selama pemanggangan, dan dari pengembangan gelembung udara yang meresap ke dalam campuran selama pemanggangan.
Selain tepung terigu bahan baku lain yang digunakan yaitu gula halus, margarin dan telur. Pada pembuatan cookies telur yang dipakai hanya kuning telurnya saja, sedangkan pada cake digunakan keduanya (kuning dan putih telur).
Penggunaan gula halus memberikan tambahan rasa pada adonan cake dan cookies. Mengapa yang digunakan dalam pengolahan ini gula halus? Karena gula halus memiliki partikel yang lebih kecil dan lebih halus dibandingkan gula pasir, sehingga penghomogenan adonan lebih cepat dibandingkan menggunkanan gula pasir.
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengamati perubahan yang terjadi pada produk pemanggangan dari cookies dan cake. Pada dua sampel pembuatak cookies dibedakan dengan jumlah berat margarin yang dicampurkan pada adonan. Pada sampel pertama menggunakan 100g dan yang kedua 50 g margarin. Yang menghasilkan adonan sampel A memiliki tekstur yang lebih lembek dan tidak begitu kalis dibandingkan sampel B yang memiliki tekstur adonan yang kalis dan padat. Walaupun margarin atau mentega memberikan tekstur yang baik pada adonan menurut  Anita Tull (1987), namun pernyataan ini akan berpengaruh terhadap jumlah mentega yang digunakan dalam pencampuran adonan. Karena mentega atau margarin memberikan sifat oily yang apabila jumlanya berlebih atau tidak sesuai perbandingannya akan menyebabkan tekstur adonan lebih lembek dan kurang kalis. Hal itu juga menyebabkan tekstur hasil panggangan Sampel B lebih keras dan padat dibandingkan sampel A.
Adanya margarin dan gula dalam adonan menyebabkan terjadinya karemelisasi dan peluburan (melting) pada adonan ketika pemanggangan berlangsung. Hal itu menyebabkan diameter cookies sebelum dipanggang banding sesudah dipanggang mengalami pertambahan ukuran. Pada sampel A terjadi perubahan ukuran diameter yang lebih besar dibanding sampel B karena jumlah margarin yang lebih banyak dicampurkan pada sampel A dibandingkan dengan sampel B.
Selain perubahan ukuran diameter, terjadi perubahan tinggi pada sampel. Pada sampel B terjadi kenaikan namun pada sampel A terjadi penurunan. Karena tidak berhasilnya penahanan gas yag terdapat dalam sampel A karena tekstur adonan yang kurang kalis, lembek dan oily.
Pemberian margarin yang berbeda juga memberi warna kuning yang berbeda pula pada adonan kedua sampel cookies dan keempat sampel cake. Pada cake yang lebih banyak campuran margarin dalam adonan, warna adonan lebih kekuningan dibanding adonan yang lebih sedikit campuran margarinnya.
Jumlah telur juga memberikan pengaruh pada adonan. Menurut Desrosier (1988) telur sebagai agensia pengeras dan pengempuk. 64% putih telur sebgai agensia pengeras dan 36 persen kuning telur sebagai agensia pengempuk. Hal tersebut dapat mempengaruhi kepadatan dari adonan cake dan cookies.
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengamati perubahan yang terjadi pada produk pemanggangan dari cookies dan cake. Pada dua sampel pembuatak cookies dibedakan dengan jumlah berat margarin yang dicampurkan pada adonan. Pada sampel pertama menggunakan 100g dan yang kedua 50 g margarin. Yang menghasilkan adonan sampel A memiliki tekstur yang lebih lembek dan tidak begitu kalis dibandingkan sampel B yang memiliki tekstur adonan yang kalis dan padat. Walaupun margarin atau mentega memberikan tekstur yang baik pada adonan menurut  Anita Tull (1987), namun pernyataan ini akan berpengaruh terhadap jumlah mentega yang digunakan dalam pencampuran adonan. Karena mentega atau margarin memberikan sifat oily yang apabila jumlanya berlebih atau tidak sesuai perbandingannya akan menyebabkan tekstur adonan lebih lembek dan kurang kalis.
Namun pada pembuatan cookies terdapat bahan tambahan selain terigu, margarin dan telur, yaitu susu skim dan backing powder. Kemudian bahan tambahan yang digunakan pada pembutan cake adalah ovalet. Bahan tambahan panga tersebut juga dapat mempengaruhi perubahan sifat sensorik dari bahan pangan hasil panggangan.
Ovalet ditabahkan dalam adonan cake karena ovalet berfungsi memudahkan adonan tercampur dengan baik. Ovalet adalah cake emulsifier atau penstabil adonan agara cake yang dihasilkan homogen atau tidak mudah turun saat dikocok. Ovalet tersusun atas mono dan digliserida. Bahan ovalet juga biasanya menggunakan asam lemak dari hewan atau tumbuhan. (Endres, 1967)
Penambhan Susu skim berfungsi bahan tabahan nutrisi dalam cookies. Susu skim adalah susu yang diuapkan sebagian airnya jadi lebih pekat dari pada susu segar biasa. Susu skim kandungan lemaknya dari susu dapat diskim off, sehingga mengurangi nilai enegry susu. Susu skim tersedia dalam karton atau botol atau, dalam bentuk kering, dan digunakan dalam rendah lemak atau diet mengurangi energi. Susu skim kering atau cair memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi serta rendah lemak.(Anita Tull, 1987)
Sedangkan baking powder pada cookies berfungsi sebagai bahan pengembang adalah bahan yang mampu menghailkan gas karbondioksida (CO2) sehingga dapat mengembangkan adonan hingga mencapai ukuran yang semestinya selama proses pemanggangan. Bahan pengembang yang banyak digunakan dalam pembuatan biskuit adalah tepung soda kue (NaHCO3). Penggunaan yang luas dari sodium bikarbonat sebagai bahan pengembang didasarkan pada harga yang murah, tidak beracun, mudah penggunannya, relatif tidak terasa dalam produk akhir dan memiliki kemurnian tinggi. (Winarno, 1984)
Banyak proses yang terjadi disaat pemanggangan yang mempengaruhi sifat sensorik bahan selain karemelisasi yang menghasilkan pembentukkan aroma khas produk pemanggangan, proses Maillard juga terjadi. Makanan yang mengandung protein dan karbohidrat bersama-sama kering dipanaskan, reaksi terjadi antara dua hasil ini dalam produksi zat yang tidak dapat dicerna dan karena itu menyebabkan hilangnya sejumlah kecil protein dan karbohidrat.. kerugian tersebut tidak signifikan, dan zat berkontribusi penampilan dari produk coked karena mereka berwarna coklat. Warna coklat non enzimatis terjadi akibat dari reaksi Maillard. (Anita Tull, 1987)
Pemanasan yang mengakibatkan pengeringan pada permukaan bahan tersebut yang membuat produk panggangan memiliki tekstur crust yang khas.

    V.            PENUTUP
A.       Kesimpulan
Produk hasil pemanggangan mengalami perubahan sifat fisik, kimia dan sensorik. Perubahan sifat sensorik meliputi tekstur, warna dan aroma. Tekstur yang padat dan lembut pada bagian dalam cake dan pada bagian luar yang crust dan tekstur cookies yang juga crust. Perubahan warna menjadi coklat keemasan akibar dari proses reaksi Maillard. Serta menghasilkan aroma yang khas produk pemanggangan dari proses karamelisasi adonan produk.
B.       Saran
Kita seharusnya lebih memperhatikan dalam penjagaan kebersihan dan kerapihan laboratorium yang baru secara bersama-sama setelah penggunaan.
  
DAFTAR PUSTAKA

Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : UI Press.
Endres, J.G. 1967. Emulsifiers – a rivew of their applications in backing. Bakers Digest 41, No 5, 96 – 100.
John, Wiley and Sons. 1997. Food Processing. Canada : A Wiley-Interscience Publication.
Sugiyono. 2012. Pemanggangan. http://id.shvoong.com/exact-sciences/engineering/2286480-pemanggangan/ 7 November 2012 Pukul 22.23 WIB.
Tucker, Gary S. 2008. Food Biodeterioration and Preservation. Autralia : Blackwell Publishing Professional.
Tull, Anita. 1987. Food and Nutrition. New York : Oxford University Press.
Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.